Saturday, October 10, 2015

Perkembangan Teknologi dan Sistem Kepercayaan Awal Masyarakat Indonesia


1. Perkembangan teknologi nenek moyang bangsa Indonesia
Perkembangan perangkat dan teknologi kehidupan manusia pada masa lalu, yaitu pada masa
hidup berburu dan mengumpulkan dapat dikatakan masih sangat sederhana, nyaris semua
alat yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup masih sangat sederhana. Alat
yang dibuat sekadar dapat menolong pekerjaan mereka. Alat-alat bantu dibuat dari batu
dan tulang. Tujuan pembuatan perangkat untuk memudahkan mendapat bahan makanan
yang menjadi kebutuhan pokok.
Pada masa bercocok tanam, kebudayaan mereka berkembang pesat, hidup sudah
menetap (sedenter) dan sudah menghasilkan makanan (food producing). Peningkatan
teknologi ditandai dengan adanya peningkatan alat-alat dari batu kasar menuju batu halus,
kemudian menggunakan alat-alat dari logam. Alat-alat sebelum dihaluskan, contohnya,
kapak perimbas (bagian tajamnya berbentuk cembung), kapak penetak (ketajamannya
berbentuk liku-liku), pahat genggam (ketajamannya berbentuk terjal), dan kapak genggam
yang bagian tajamnya berbentuk meruncing. Teknologi lalu meningkat, alatnya
sudah dihaluskan seperti kapak persegi dan kapak lonjong. Dengan perangkat itu, ternyata
mereka sudah dapat memenuhi kebutuhan hidup yang lebih luas dari masa sebelumnya,
yaitu bersawah, membuat rumah, bermasyarakat, dan membuat perahu bercadik.
Teknologi kapak batu pun ditinggalkan, lalu muncul yang lebih maju, yaitu
kepandaian menggunakan alat-alat dari logam sebagai bahan membuat perangkat yang memerlukan
teknik, seperti cara bivalve dan a cire perdue. Semua kapak logam dibuat mirip dengan
kapak batu. Dalam perkembangan selanjutnya, kapak logam lalu mempunyai bentuk
lain yang dinamakan kapak sepatu atau kapak corong, yaitu sebagai perangkat untuk membantu
kehidupan mereka. Namun, ada jenis perangkat logam yang tidak digunakan untuk perangkat bekerja,
misalnya, candrasa digunakan untuk perangkat upacara, begitu juga nekara dan moko. Dengan
teknologi yang semakin maju inilah masyarakat semakin mampu membuat hasil budaya
yang jauh lebih berharga untuk menciptakan perangkat yang lebih sempurna seperti di zaman
megalit itu.
Asal-Usul Persebaran Manusia di Kepulauan Indonesia
113
2. Kebudayaan batu
Disebut kebudayaan batu sebab alatnya terbuat dari batu, yang terdiri atas zaman
Paleolitikum, Mesolitikum, Neolitikum, dan Megalitikum.
a. Kebudayaan Batu Tua (Paleolitikum)
Disebut kebudayaan Batu Tua sebab perangkat peninggalannya dari batu yang masih
kasar atau belum dihaluskan. Pendukung kebudayaan ini adalah manusia purba.
Berdasarkan daerah penemuannya, kebudayaan Batu Tua dibedakan menjadi kebudayaan
Pacitan dan kebudayaan Ngandong.
1) Kebudayaan Pacitan
Disebut kebudayaan Pacitan sebab hasil budayanya terdapat di daerah Pacitan
(Pegunungan Sewu, Pantai Selatan Jawa). Alat yang ditemukan berupa chopper
(kapak penetak) atau disebut kapak genggam. Pendukung kebudayaannya adalah
Pithecanthropus erectus dan budaya batu ini disebut stone culture. Selain tempat
di atas, perangkat Paleolitikum ini juga ditemukan di Parigi (Sulawesi), Gombong (Jawa
Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatra Selatan).
Bagan pembagian perkembangan budaya pada masa praaksara
Zaman Paleolitikum

Budaya Batu
(Stone Culture)

Kehidupan Pacitan
– Chopper (kapak penetak)
Kebudayaan Ngandong
– Flakes (alat serpih)
– Chalcedon
Zaman Tembaga
Zaman Paleolitikum
Budaya Logam
(Metal Culture)



Kapak corong
Nekara
Perhiasan
Zaman Mesolitikum




Kjokkenmoddinger
Abris sous roche
Pebble
Hache courte
Zaman Neolitikum


Kapak persegi
Kapak lonjong
Zaman Megalitikum







114
Dolmen
Sarkofagus
Menhir
Waruga
Kubur batu
Arca
Punden berundak

Zaman Besi
2) Kebudayaan Ngandong
Disebut kebudayaan Ngandong sebab hasil kebudayaannya ditemukan di
Ngandong, Ngawi Jawa Timur. Di sini juga ditemukan kapak seperti di Pacitan dan
juga kapak genggam, sedangkan di Sangiran ditemukan batu flakes dan batu
chalcedon yang indah. Di Ngandong ditemukan juga perangkat dari tulang maka disebut
bone culture. Pendukung kebudayaan Ngandong adalah Homo soloensis dan Homo
wajakensis. Penghidupan mereka masih mengumpulkan makanan (food gathering).
Mereka mencari makanan dari jenis ubi-ubian dan berburu binatang.
b. Kebudayaan Batu Tengah (Mesolitikum)
Zaman Mesolitikum terjadi pada masa Holosen setelah zaman es berakhir.
Pendukung kebudayaannya adalah Homo sapiens yang adalah manusia cerdas.
Penemuannya berupa fosil manusia purba, banyak ditemukan di Sumatra, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, dan Flores.
Manusia zaman Mesolitikum hidup di gua-gua, tepi pantai, atau sungai, disebut
dalam bahasa Denmark, kjokkenmoddinger (bukit sampah = bukit kerang), yang
banyak ditemukan di pantai timur Sumatra. Penemuan alatnya adalah pebble disebut
juga kapak Sumatra), kapak pendek (hache courte), dan pipisan (batu penggiling).
Selain tempat-tempat di atas, juga terdapat abris sous roche (gua sampah) di Gua
Sampung, (Ponorogo, Jawa Timur), Pulau Timor, Pulau Roti, dan Bojonegoro (tempat
ditemukan-nya perangkat dari tulang).
c. Kebudayaan Batu Muda (Neolitikum)
Disebut kebudayaan Batu Muda (Neolitikum)
sebab semua alatnya sudah dihaluskan. Mereka
sudah meninggalkan hidup berburu dan mulai
menetap serta mulai menghasilkan makanan (food
producing). Mereka menciptakan alat-alat
kehidupan mulai dari perangkat kerajinan menenun,
periuk, membuat rumah, dan mengat ur
masyarakat. Alat yang digunakan pada masa
Sumber: Sejarah Nasional Indonesia I
Gambar 6.2 Kapak persegi dan kapak lonjong
ini adalah kapak persegi dan kapak lonjong. Daerah
penemuan kapak persegi di Indonesia bagian barat adalah di Lahat (Sumatra), Bogor,
Sukabumi, Karawang, Tasikmalaya, Pacitan, dan Lereng Gunung Ijen. Adapun kapak
lonjong banyak ditemukan di Indonesia bagian timur, seperti di Papua, Tanimbar,
Seram, Serawak, Kalimantan Utara, dan Minahasa.
d. Kebudayaan Batu Besar (Megalitikum)
Disebut kebudayaan Megalitikum sebab semua perangkat yang dihasilkan berupa batu
besar. Kebudayaan ini kelanjutan dari Neolitikum sebab dibawa oleh bangsa Deutero
Melayu yang datang di Nusantara. Kebudayaan ini berkembang bersama dengan
kebudayaan logam di Indonesia, yakni kebudayaan Dongson. Ada beberapa perangkat dan
bangunan yang dihasilkan pada zaman kebudayaan Megalitikum.
Asal-Usul Persebaran Manusia di Kepulauan Indonesia
115
1) Menhir
Menhir adalah tiang tugu batu besar yang berfungsi sebagai tanda peringatan
suatu peristiwa atau sebagai tempat pemujaan roh nenek moyang. Daerah
penemuannya di Sumatra Selatan dan Kalimantan.
2) Dolmen
Dolmen adalah meja batu besar yang biasanya letaknya di bawah menhir tempat
meletakkan sesaji. Daerah temuannya di Sumba, Sumatra Selatan, dan Bondowoso
(Jawa Timur).
3) Keranda (sarkofagus)
Keranda adalah peti mati yang dibuat dari batu. Bentuknya seperti lesung dan
diberi tutup dari batu. Daerah temuannya di Bali.
4) Peti kubur batu
Peti kubur batu adalah kuburan dalam tanah yang sisi-sisi, alas, dan
tutupnya diberi papan dari lempeng batu. Peti kubur batu ini banyak ditemukan di
Kuningan, Jawa Barat.
5) Punden berundak
Punden berundak adalah bangunan dari batu yang disusun bertingkat-
tingkat (berundak-undak). Fungsinya sebagai bangunan pemujaan roh nenek
moyang yang lalu menjadi bentuk awal bangunan candi. Bangunan punden
berundak adalah bangunan asli Indonesia.
6) Waruga
Waruga adalah kubur batu yang berbentuk kubus atau bulat. Waruga biasanya
dibuat dari batu utuh. Daerah temuannya di Sulawesi Tengah dan Utara.
7) Arca
Arca-arca megalit adalah bangunan batu besar berbentuk hewan atau
manusia yang banyak ditemukan di dataran tinggi Pasemah, Sumatra Selatan yang
menggambarkan sifat dinamis. Contohnya Batu Gajah, sebuah patung batu besar
dengan gambaran seorang yang sedang menunggang hewan dan sedang berburu.
Sumber: Sejarah Nasional Indonesia I & Indonesian Heritage, Ancient History
Gambar 6.3 Menhir dari Bada, Sulawesi Tengah peti kubur yang ditemukan di
Kuningan, Jawa Barat kubur batu waruga.
116

Pada zaman Batu Besar dikenal kebiasaan-kebiasaan berikut.
1) Pemujaan matahari
Di Indonesia, matahari dipuja sebagai matahari, bukan sebagai dewa matahari
seperti di Jepang.
2) Pemujaan dewi kesuburan
Dapat kita lihat di candi Sukuh dan candi Ceto sebagai lambang kesuburan. Di Jawa,
pada biasanya Dewi Sri dipuja sebagai dewi kesuburan dan pelindung padi.
3) Adanya keyakinan perangkat penolak bala (tumbal)
Biasanya dengan menanam kepala kerbau di tengah bangunan atau tempat tertentu,
maka akan terlindungi dan terbebas dari marabahaya.
4) Adanya upacara ruwatan
Upacara ruwatan adalah upacara untuk mengembalikan orang atau masyarakat
kepada kedudukan yang suci seperti semula, misalnya, anak tunggal, anak kembar,
pandawa lima, dan bersih desa.
3. Kepercayaan awal masyarakat Indonesia
Sejak masa berburu dan mengumpulkan
makanan, orang memiliki anggapan bahwa hidup
tak akan berhenti, meskipun orang sudah
meninggal. Orang mati dianggap pergi ke suatu
tempat yang lebih baik dan tenang dan orang yang
ditinggalkannya masih dapat berhubungan dengan
yang berada di dunia lain. Masyarakat berburu dan
mengumpulkan diperkirakan juga mengenal
upacara penguburan sebab soal mati adalah soal
Sumber: Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia
yang besar, yaitu adanya sesuatu di luar kalkulasi
Gambar 6.4 Dolmen, wujud kebudayaan
manusia. Kesadaran adanya kekuatan gaib menjadi
Megalitikum di Nias
dasar kepercayaan mereka (animisme), ada juga
kepercayaan dinamisme, yaitu adanya benda yang dikeramatkan. Pada masa bercocok
tanam, masyarakat sudah mengenal kepercayaan gaib, yaitu kekuatan di luar kekuatan
manusia, misalnya, gunung meletus atau banjir. Mereka beranggapan adanya kekuatan
alam yang luar biasa pasti ada yang menggerakkan dan sedang murka. Mereka juga
memuja arwah manusia yang sudah meninggal. Menurut pendapat mereka, tempat roh itu
sangat tinggi, misalnya, di puncak-puncak gunung. Untuk turunnya roh nenek moyang,
mereka mendirikan bangunan batu besar (bangunan Megalitikum), dibuat dari batu yang
utuh dan dipahat dalam bentuk tertentu. Bentuk nyata dalam kepercayaan masyarakat
bercocok tanam, yaitu menyembah roh nenek moyang (animisme) dan menyembah benda
yang mempunyai kekuatan gaib (dinamisme).
Masa bercocok tanam dan perundagian sudah menghasilkan bangunan megalit seperti
menhir, dolmen, keranda, dan kubur batu. Dalam kubur batu terdapat bekal kubur, yaitu
bekal-bekal si mati selama perjalanan menuju ke tempat alam baka. Selanjutnya keluarga
Asal-Usul Persebaran Manusia di Kepulauan Indonesia
117
yang ditinggal selalu bersesaji di dolmen (tempat pemujaan roh), di atas dolmen terdapat
menhir. Pemujaan roh nenek moyang sangat penting dalam suatu kehidupan rohani pada
masa itu.

Sumber : Cakrawala Sejarah SMA/MA Kelas X

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.