Saturday, October 10, 2015

Langkah-Langkah dalam Penelitian Sejarah (Heuristik, Verifikasi, Interpretasi, dan Historiografi)


1. Heuristik 

Heuristik berasal dari kata Yunani, heuriskein, maknanya menemukan. Heuristik, maksudnya adalah tahap untuk mencari, menemukan, dan mengumpulkan sumber-sumber berbagai data agar dapat mengetahui segala bentuk peristiwa atau kejadian sejarah masa lampau yang relevan dengan topik/judul penelitian.

Untuk melacak sumber itu, sejarawan wajib dapat mencari di bermacam-macam dokumen baik melalui metode kepustakaan atau arsip nasional. Sejarawan dapat juga mengunjungi situs sejarah atau melaksanakan wawancara untuk melengkapi data sehingga diperoleh data yang baik dan lengkap, serta dapat menunjang terwujudnya sejarah yang mendekati kebenaran. Masa lampau yang begitu banyak periode dan banyak bagian-bagiannya (seperti politik, ekonomi, sosial, dan budaya) mempunyai sumber data yang juga beraneka ragam sehingga perlu adanya klasifikasi data dari banyaknya sumber itu.

Bagan Tahap-Tahap Penelitian Sejarah
Langkah-Langkah dalam Penelitian Sejarah (Heuristik, Verifikasi, Interpretasi, dan Historiografi)

Dokumen-dokumen yang berhasil dihimpun adalah data yang sangat berharga Dokumen dapat menjadi dasar untuk menelusuri peristiwa-peristiwa sejarah yang sudah terjadi pada masa lampau. Menurut sifatnya ada dua, yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber yang dibuat pada saat peristiwa terjadi, seperti dokumen laporan kolonial. Sumber primer dibuat oleh tangan pertama, sementara sumber sekunder adalah sumber yang menggunakan sumber primer sebagai sumber utamanya. Jadi, dibuat oleh tangan atau pihak kedua. Contohnya, buku, skripsi, dan tesis.

Prinsip-Prinsip Dasar Penelitian Sejarah

Jika kita mendapatkan sumber tertulis, kita akan mendapatkan sumber tertulis sezaman dan setempat yang mempunyai kadar kebenaran yang relatif tinggi, serta sumber tertulis tidak sezaman dan tidak setempat yang memerlukan kejelian para penelitinya. Dari sumber yang ditemukan itu, sejarawan melaksanakan penelitian. Tanpa adanya sumber sejarah, sejarawan akan mengalami kesulitan menemukan jejak-jejak sejarah dalam kehidupan manusia. Untuk sumber lisan, pemilihan sumber didasarkan pada pelaku atau saksi mata suatu kejadian. Narasumber lisan yang hanya mendengar atau tidak hidup sezaman dengan peristiwa tidak bisa dijadikan narasumber lisan.

2. Verifikasi

Verifikasi adalah penilaian pada sumber-sumber sejarah. Verifikasi dalam sejarah memiliki arti pemeriksaan pada kebenaran laporan mengenai suatu peristiwa sejarah. Penilaian pada sumber-sumber sejarah menyangkut aspek ekstern dan intern. Aspek ekstern mempersoalkan apakah sumber itu asli atau palsu sehingga sejarawan harus mampu menguji mengenai keakuratan dokumen sejarah itu, misalnya, waktu pembuatan dokumen, bahan, atau materi dokumen. Aspek intern mempersoalkan apakah isi yang terdapat dalam sumber itu dapat memberikan informasi yang diperlukan. Dalam hal ini, aspek intern berupa proses analisis pada suatu dokumen.

Aspek ekstern wajib dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut.

a. Apakah sumber itu adalah sumber yang dikehendaki (autentitas)?
b. Apakah sumber itu asli atau turunan (orisinalitas)?
c. Apakah sumber itu masih utuh atau sudah diubah (soal integritas)?

Setelah ada kepastian bahwa sumber itu merupakan sumber yang benar diperlukan dalam bentuk asli dan masih utuh, maka dilakukan kritik intern. Kritik intern dilakukan untuk membuktikan bahwa informasi yang terkandung di dalam sumber itu dapat dipercaya, dengan penilaian intrinsik terhadap sumber dan dengan membandingkan kesaksian- kesaksian bermacam-macam sumber.

Langkah pertama dalam penelitian intrinsik adalah menentukan sifat sumber itu (apakah resmi/formal atau tidak resmi/informal). Dalam penelitian sejarah, sumber tidak resmi/informal dinilai lebih berharga daripada sumber resmi sebab sumber tidak resmi bukan dimaksudkan untuk dibaca orang banyak (untuk kalangan bebas) sehingga isinya bersifat apa adanya, terus terang, tidak banyak yang disembunyikan, dan objektif.

Langkah kedua dalam penilaian intrinsik adalah menyoroti penulis sumber itu sebab ia yang memberikan informasi yang dibutuhkan. Pembuatan sumber harus dipastikan bahwa kesaksiannya dapat dipercaya. Untuk itu, wajib mampu memberikan kesaksian yang benar dan wajib dapat menjelaskan mengapa dia menutupi (merahasiakan) suatu peristiwa, atau sebaliknya melebih-lebihkan sebab ia berkepentingan di dalamnya.

Langkah ketiga dalam penelitian intrinsik adalah membandingkan kesaksian dari berbagai sumber dengan menjajarkan kesaksian para saksi yang tidak berhubungan satu dan yang lain (independent witness) sehingga informasi yang diperoleh objektif. Contohnya adalah terjadinya peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta. Konsep dan Aktualita

Ada perdebatan mengenai siapa tokoh penggagas Serangan Umum itu sebenarnya. Ada tiga penafsiran atau pendapat tentang hal ini.

  1. Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebab beliau adalah penguasa kerajaan yang berwenang mengadakan serangan.
  2. Jenderal Soedirman yang berhasil menghimpun kembali kekuatan TNI yang berwenang mengadakan Serangan Umum.
  3. Letkol. Soeharto sebagai Komandan Brigade X kota Yogyakarta yang berinisiatif melancarkan Serangan Umum untuk membuktikan kekuatan TNI.


Menurut strategi dalam Serangan Umum 1 Maret 1949, kita mengetahui bahwa sektor barat di bawah pimpinan Vence Sumual dan Letkol Soeharto, sektor utara di bawah pimpinan Mayor Kusno, sektor selatan dan timur di bawah pimpinan Mayor Sarjono, serta sektor kota di bawah pimpinan Letnan Masduki dan Amir Murtono. Serangan Umum 1 Maret memiliki arti penting, yaitu mendukung perjuangan diplomasi, meninggikan moral rakyat dan TNI yang sedang bergerilya, menunjukkan kepada dunia internasional bahwa TNI masih ada dan mampu untuk melawan penjajah, serta untuk mematahkan moral Belanda.

Sumber-sumber yang diakui kebenarannya lewat verifikasi atau kritik, baik intern atau ekstern, menjadi fakta. Fakta adalah keterangan mengenai sumber yang dianggap benar oleh sejarawan atau peneliti sejarah. Fakta bisa saja diartikan sebagai sumber- sumber yang terpilih.

3. Interpretasi

Interpretasi adalah menafsirkan fakta sejarah dan merangkai fakta itu menjadi satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal. Interpretasi dalam sejarah dapat juga diartikan sebagai penafsiran suatu peristiwa atau memberikan pandangan teoritis terhadap suatu peristiwa. Sejarah sebagai suatu peristiwa dapat diungkap kembali oleh para sejarawan melalui bermacam-macam sumber, baik berbentuk data, dokumen perpustakaan, buku, berkunjung ke situs-situs sejarah atau wawancara, sehingga dapat terkumpul dan mendukung dalam proses interpretasi.

Dengan demikian, setelah kritik selesai maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan interpretasi atau penafsiran dan analisis terhadap data yang diperoleh dari bermacam-macam sumber.

Prinsip-Prinsip Dasar Penelitian Sejarah Interpretasi dalam sejarah adalah penafsiran pada suatu peristiwa, fakta sejarah, dan merangkai suatu fakta dalam kesatuan yang masuk akal. Penafsiran fakta harus bersifat logis pada keseluruhan konteks peristiwa sehingga bermacam-macam fakta yang lepas satu sama lainnya dapat disusun dan dihu-bungkan menjadi satu kesatuan yang masuk akal.

Bagi kalangan akademis, agar dapat menginterpretasi fakta dengan kejelasan yang objektif, wajib dihindari penafsiran yang semena-mena sebab biasanya cenderung bersifat subjektif. Selain itu, interpretasi wajib bersifat deskriptif sehingga para akademisi juga dituntut untuk mencari landasan interpretasi yang mereka gunakan. Proses interpretasi juga wajib bersifat selektif sebab tidak mungkin semua fakta dimasukkan ke dalam cerita sejarah, sehingga wajib dipilih yang relevan dengan topik yang ada dan mendukung kebenaran sejarah.

4. Historiografi

Historiografi adalah penulisan sejarah. Historiografi adalah tahap terakhir dari kegiatan penelitian untuk penulisan sejarah. Menulis kisah sejarah bukanlah sekadar menyusun dan merangkai fakta-fakta hasil penelitian, melainkan juga menyampaikan suatu pikiran melalui interpretasi sejarah berdasar fakta hasil penelitian. Untuk itu, menulis sejarah memerlukan kecakapan dan kemahiran. Historiografi adalah rekaman tentang segala sesuatu yang dicatat sebagai bahan pelajaran mengenai perilaku baik. Sesudah menentukan judul, mengumpulkan bahan-bahan atau sumber serta melakukan kritik dan seleksi, maka mulailah menuliskan kisah sejarah.

Sekilas Tokoh

Abdurrahman Surjomihardjo

Sejarawan Indonesia, ahli peneliti Lembaga Riset Kebudayaan Nasional (LRKN) – LIPI yang produktif menghasilkan karya tulis. Abdurrahman lahir di Tegal Jawa Tengah, alumnus Fakultas Sastra Indonesia tahun 1361 ini memiliki karier yang bervariasi. Dia pernah menjadi pegawai Kantor Sosial Kabupaten Bekasi (1950 – 1953), dosen luar biasa Fakultas Sastra UI (1964 – 1980), Staf Lembaga Riset Kehidupan Nasional, MIPI – LIPI (1964 – 1974), Staf Peneliti Leknas LIPI (1974 – 1982), dan ahli peneliti LRKN – LIPI. Dia menulis sejumlah buku, di antaranya, Sejarah Perkembangan Kota Jakarta (1977), Pembinaan Bangsa dan Masalah Historiografi (1979), Budi Utomo Cabang Betawi (1980), dan Ilmu Sejarah dan Historiografi (editor bersama Taufik Abdullah, 1985).

Ada tiga bentuk penulisan sejarah berdasarkan ruang dan waktu.

a. Penulisan sejarah tradisional Indonesia
Kebanyakan karya ini kuat dalam hal genealogi, tetapi tidak kuat dalam hal kronologi dan detail biografis. Tekanannya penggunaan sejarah sebagai bahan pengajaran agama. Adanya kingship (konsep tentang raja), pertimbangan kosmologis, dan antropologis lebih diutamakan daripada keterangan dari sebab dan akibat.

b. Penulisan sejarah kolonial
Penulisan ini mempunyai ciri nederlandosentris (eropasentris), tekanannya pada aspek politik dan ekonomi serta bersifat institusional.

c. Penulisan sejarah nasional Penulisannya menggunakan metode ilmiah secara terampil dan memiliki tujuan untuk kepentingan nasionalisme.
Menurut Taufik Abdullah dan Surjomihardjo, ada tiga penulisan sejarah di Indonesia, yaitu sejarah ideologis, sejarah pewarisan, dan sejarah akademik.

Tugas

Carilah contoh penulisan sejarah tradisional, kolonial, dan nasional dari bermacam-macam sumber. Tuliskan pada kertas folio dan kumpulkan pada guru!

Sumber : Cakrawala Sejarah SMA/MA Kelas X

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.