Saturday, October 10, 2015

Tradisi Sejarah Masyarakat Indonesia Masa Praaksara


1. Periodisasi masyarakat Indonesia masa praaksara
Dari kehidupan masyarakat zaman praaksara, kita mendapatkan warisan berupa alat-
alat dari batu, tulang, kayu, dan logam serta lukisan pada dinding-dinding gua. Masa
lampau yang hanya meninggalkan jejak-jejak sejarah itu menjadi komponen penting
dalam usaha menuliskan sejarah kehidupan manusia. Jejak-jejak itu mengandung
informasi yang dapat dijadikan bahan penulisan sejarah dan akan disampaikan dari
generasi ke generasi selanjutnya sampai turun temurun. Jejak sejarah yang historis
adalah jejak sejarah yang menurut para ahli memiliki informasi mengenai kejadian-
kejadian historis, sehingga dapat digunakan untuk penulisan sejarah. Jejak historis ada
dua, yaitu jejak historis berwujud benda dan jejak historis yang berwujud tulisan.
Jejak historis berwujud benda adalah hasil budaya/tradisi di masa kuno, misalnya,
tradisi zaman Paleolitikum, Mesolitikum, Neolitikum, Megalitikum, dan Perundagian.
a. Tradisi manusia hidup berpindah (zaman Paleolitikum)
Manusia di zaman hidup berpindah termasuk jenis
Pithecanthropus. Mereka hidup dari mengumpulkan
makanan (food gathering), hidup di gua-gua, masih tampak
liar, belum mampu menguasai alam, dan tidak menetap.
Kebudayaan mereka sering disebut kebudayaan Pacitan dan
kebudayaan Ngandong. Disebut kebudayaan Pacitan sebab
alat-alat budayanya banyak ditemukan di Pacitan (di Pegu-
nungan Sewu Pantai Selatan Jawa) berupa chopper (kapak
penetak) juga disebut kapak genggam. Karena masih terbuat
dari batu maka disebut stone culture (budaya batu). Alat
sejenis juga ditemukan di Parigi (Sulawesi) dan Lahat
(Sumatra).
Sumber: Sejarah Nasional 1
Gambar 2.2 Kapak genggam,
contoh kehidupan Pacitan
Kebudayaan Ngandong ditemukan di desa Ngandong (daerah Ngawi Jawa Timur).
Alatnya ada yang terbuat dari tulang maka disebut bone culture. Di Ngandong
ditemukan juga kapak genggam, benda dari batu berupa flakes dan batu indah berwarna
yang disebut chalcedon.
Gambar 2.3 Alat serpih bilah dan perangkat tulang
Sumber: Sejarah Nasional 1
Tradisi Sejarah Masyarakat Indonesia Masa Praaksara dan ....
19
b. Peningkatan hidup manusia memasuki hidup setengah menetap/semisedenter
(zaman Mesolitikum)
Mereka sudah mempunyai kemajuan hidup seperti adanya kjokkenmoddinger (sampah
kerang) dan abris sous roche (gua tempat tinggal). Alat-alatnya adalah kapak genggam
(pebble) juga disebut kapak Sumatra, kapak pendek (hache courte), dan pipisan.
c. Tradisi manusia zaman hidup menetap (zaman Neolitikum)
Pada zaman ini, manusia sudah mulai
food producing, yakni mengusahakan bercocok
Inskripsi
tanam sederhana dengan mengusahakan
Pembuatan gerabah dilakukan masyarakat
ladang. Jenis tanamannya adalah ubi, talas,
sampai sekarang, seperti di Jawa (Tuban;
padi, dan jelai. Mereka menggunakan peralatan
Gunung Tangkil dekat Bogor; desa Anjun
dekat Pamanukan; Kasongan, Yogyakarta;
yang lebih bagus seperti beliung persegi atau
Bayat, Klaten; Gengkuang, Garut), di Sumatra
kapak persegi dan kapak lonjong yang
(daerah Gayo, Aceh), dan di Papua (desa
dipergunakan untuk mengerjakan tanah. Kapak
Abare, Kayu Batu di Teluk Humboldt).
persegi ditemukan di Sumatra, Jawa, Bali, dan
Kalimantan Barat, sedangkan di Semenanjung
Melayu kapak ini disebut kapak bahu. Kapak lonjong berbentuk bulat telur, banyak
ditemukan di Sulawesi, Papua, atau kepulauan Indonesia Timur. Alat serpih untuk mata
panah dan mata tombak ditemukan di Gua Lawa Sampung (Jawa Timur) dan Cabbenge
(Sulawesi Selatan). Di Malolo (Sumba Timur) ditemukan kendi air. Pada masa ini,
terjadi perpindahan penduduk dari daratan Asia (Tonkin di Indocina) ke Nusantara
yang lalu disebut bangsa Proto Melayu pada tahun 1500 SM melalui jalan barat
dan jalan utara. Alat yang digunakan adalah kapak persegi, beliung persegi, pebble
(kapak Sumatra), dan kapak genggam. Kebudayaan itu oleh Madame Madeleine
Colani, ahli sejarah Prancis, dinamakan kebudayaan Bacson-Hoabinh. Kepercayaan
zaman bercocok tanam adalah menyembah dewa alam.
d. Tradisi Megalitikum
Pada zaman ini, perangkat dibuat dari batu besar seperti menhir, dolmen, dan sarkofagus.
Menhir adalah tugu batu besar tempat roh nenek moyang, ditemukan di Sumatra
Selatan, Sulawesi Tengah, dan Kalimantan. Dolmen adalah meja batu besar (altar),
terdapat di Bondowoso, Jawa Timur. Sarkofagus adalah kubur peti batu besar. Di
Sulawesi, sarkofagus dikenal dengan sebutan waruga.
e. Tradisi zaman perundagian
Setelah hidup menetap, mereka semakin
pandai membuat alat, bahkan dengan kedatangan
bangsa Deutero Melayu pada 500 SM, mereka
sudah mampu membuat perangkat dari logam (sering
disebut budaya Dongson sebab berasal dari
Dongson). Zaman ini disebut zaman kemahiran
teknologi. Mereka juga sudah mengenal sawah
Sumber: Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia
Gambar 2.4 Kapak corong dan nekara
20

dan sistem pengairan. Jenis benda logam yang dibuat di Indonesia pada zaman ini,
antara lain, sebagai berikut.
1) Nekara, yaitu semacam tambur besar yang ditemukan di Bali, Roti, Alor, Kei, dan
Papua.
2) Kapak corong, disebut demikian sebab bagian tangkainya berbentuk corong.
Sebutan lainnya adalah kapak sepatu. Benda ini digunakan untuk upacara.
Banyak ditemukan di Makassar, Jawa, Bali, Pulau Selayar, dan Papua.
3) Arca perunggu, ditemukan di daerah Bangkinang, Riau, dan Limbangan, Bogor.
Selain itu, ada perhiasan perunggu, benda besi, dan manik-manik. Kepercayaan di
zaman perundagian adalah menyembah roh nenek moyang (animisme).
Konsep dan Aktualita
Akulturasi kebudayaan adalah percampuran dua kebudayaan atau lebih yang melahirkan kebudayaan baru.
Menurut Brandes, sebelum Indonesia terpengaruh oleh Hindu, di Indonesia sudah memiliki sepuluh macam
budaya asli, yaitu
1. kemampuan berlayar,
2. kemampuan bersawah,
3. mengenal astronomi,
4. sistem mocopat,
5. kesenian wayang,
6.
7.
8.
9.
10.
seni gamelan,
seni membatik,
pengaturan masyarakat,
sistem ekonomi dengan mengenal perdagangan, dan
sistem kepercayaan.
2. Ciri-ciri masyarakat praaksara
Setelah nenek moyang kita datang di Nusantara dan menetap, mereka meninggalkan
tradisi, ketentuan kemasyarakatan, serta religi yang ditaati oleh mereka dan anak keturunannya.
Tradisi itu diwariskan kepada masyarakat hingga sekarang ini. Kemampuan nenek
moyang kita sebelum mengenal tulisan dan sebelum terpengaruh budaya Hindu-Buddha
oleh Brandes diklasifikasikan sebagai berikut.
a. Kemampuan berlayar
Nenek moyang bangsa Indonesia datang dari Yunan sebelum Masehi. Mereka
sudah pandai mengarungi laut dan wajib menggunakan perahu untuk sampai di
Indonesia. Kemampuan berlayar ini dikembangkan di tanah baru, yaitu di Nusantara,
mengingat kondisi geografi di Nusantara terdiri banyak pulau. Kondisi ini mengharuskan
menggunakan perahu untuk mencapai kepulauan lainnya.
Salah satu ciri perahu yang digunakan nenek moyang
kita adalah perahu cadik, yaitu perahu yang menggunakan
alat dari bambu atau kayu yang dipasang di kanan kiri
perahu.
Pembuatan perahu biasanya dilakukan secara
gotong royong oleh kaum laki-laki. Setelah masa per-
undagian, aktivitas pelayaran juga semakin meningkat.
Perahu bercadik yang adalah alat angkut tertua
tetap dikembangkan sebagai perangkat transportasi serta Sumber: Indonesian Heritage, Ancient History
Gambar 2.5 Perahu bercadik
perdagangan. Bukti adanya kemampuan dan kemajuan
Tradisi Sejarah Masyarakat Indonesia Masa Praaksara dan ....
21
berlayar itu terpahat pada relief candi Borobudur yang berasal dari abad ke-8.
Relief itu melukiskan tiga jenis perahu, yaitu
1) perahu besar yang bercadik,
2) perahu besar yang tidak bercadik, dan
3) perahu lesung
Bentuk perahu lesung adalah sampan yang dibuat dari satu batang kayu yang
dikeruk di dalamnya menyerupai lesung, tetapi bentuknya memanjang. Untuk
memperbesar ruangannya, pada dinding perahu ditempel papan serta diberi cadik pada
sisi kanan dan kirinya untuk menjaga keseimbangan. Kapal yang besar pada relief candi
Borobudur memiliki dua tiang layar yang dimiringkan ke depan, sedangkan layar
yang digunakan pada zaman itu berbentuk segi empat dengan buritan layar berbentuk
segitiga.
Kemampuan berlayar selanjutnya menjadi dasar dari kemampuan berdagang. Oleh
karena itu, pada awal Masehi bangsa Indonesia sudah berlayar sampai batas barat
Pulau Madagaskar, batas selatan Selandia Baru di timur Pulau Paskah, dan di utara
sampai Jepang. Hal ini dapat terjadi sebab nenek moyang mempunyai ilmu astronomi,
yaitu Bintang Biduk Selatan menjadi petunjuk arah selatan.
b. Kemampuan bersawah
Sistem persawahan mulai dikenal bangsa Indonesia sejak zaman Neolitikum, yaitu
manusia hidup menetap. Mereka terdorong untuk mengusahakan sesuatu yang
menghasilkan (food producing). Sistem persawahan diawali dari sistem ladang sederhana
yang belum banyak menggunakan teknologi, lalu meningkat dengan adanya
teknologi pengairan hingga lahirlah sistem persawahan.
Sumber: Lukisan Sejarah
Gambar 2.6 Masa bercocok tanam
Sistem irigasi dalam bercocok tanam digunakan untuk memenuhi kebutuhan air
dengan cara membuat pematang dan saluran air. Cara ini lalu meningkat menjadi
pembuatan terasering di lereng pegunungan, serta pembuatan bendungan atau dam air
yang sederhana. Sementara itu, untuk mengerjakan sawah dibuatlah alat-alat dari
logam dan mengembangkan tanaman biji-bijian, padi, juwawut, serta tanaman kering
lainnya.
22

c. Mengenal astronomi
Pengetahuan astronomi (ilmu perbintangan) sudah dimiliki nenek moyang bangsa
Indonesia. Masyarakat Indonesia sudah mengenal ilmu pengetahuan dan memanfaatkan
teknologi angin musim sebagai tenaga penggerak dalam aktivitas pelayaran dan
perdagangan. Selain digunakan untuk mengenali musim, ilmu astronomi juga sudah
dimanfaatkan sebagai petunjuk arah dalam pelayaran, yaitu Bintang Biduk Selatan dan
Bintang Pari (orang Jawa menyebut Lintang Gubug Penceng) untuk menunjuk arah
selatan serta Bintang Biduk Utara untuk menunjukkan arah utara. Kemampuan
astronomi dan angin musim ini sudah mengantarkan mereka berlayar ke barat sampai di
Pulau Madagaskar, ke timur sampai di Pulau Paskah, dan ke selatan sampai di Selandia
Baru serta ke arah utara sampai di Kepulauan Jepang. Pengetahuan astronomi juga
digunakan dalam pertanian dengan memanfaatkan Bintang Waluku sebagai pertanda
awal musim hujan.
d. Sistem mocopat
Sistem mocopat adalah suatu kepercayaan yang didasarkan pada pembagian
empat penjuru arah mata angin, yaitu utara, selatan, barat, dan timur. Sistem mocopat
dikaitkan dengan pendirian bangunan, pusat kota atau pemerintah (istana), alun-alun,
tempat pemujaan, pasar, dan penjara. Peletakan bangunan itu dibuat skema
bersudut empat di mana setiap sudut memiliki kemampuan dan kekuatan secara
magis. Itulah sebabnya mengapa setiap desa pada zaman kuno selalu diberi sesaji pada
waktu-waktu tertentu, bahkan hari pasaran menurut kalkulasinya juga dikaitkan
dengan sistem mocopat, yaitu
1) arah barat diletakkan pon jatuh hari Senin dan Selasa,
2) arah timur diletakkan legi jatuh hari Jumat,
3) arah selatan diletakkan pahing jatuh hari Sabtu dan Minggu,
4) arah utara diletakkan wage jatuh hari Rabu dan Kamis, dan
5) arah tengah diletakkan kliwon jatuh hari Jumat dan Sabtu.
Jadi pola susunan masyarakat mocopat adalah suatu kepercayaan dalam
menata dan menempatkan suatu bangunan yang bersudut empat, dengan susunan ibu
kota pusat pemerintahan terdapat alun-alun di sekitar istana, serta ada bangunan tempat
pemujaan, pasar, dan penjara.
Di daerah Tuban, Jawa Timur di masa dahulu masih terdapat model desa penenun
sebagai berikut.
1) Pusat desa lama terdapat di tengah desa (dikelilingi desa) di dalamnya terdapat
rumah kepala desa, rumah pencelupan kain, dan rumah ulama.
2) Pusat administrasi berada di belakang rumah kepala desa.
3) Kemudian dikelilingi desa-desa mocopat yang membentuk lingkaran mengelilingi
pusat desa itu.
Demikian kaitan antara sistem mocopat dengan religiositas di masa nenek moyang kita.
Tradisi Sejarah Masyarakat Indonesia Masa Praaksara dan ....
23
e. Kesenian wayang
Kesenian wayang semula berpangkal pada pemujaan roh nenek moyang. Semula
wayang diwujudkan sebagai boneka nenek moyang yang dimainkan oleh dalang pada
malam hari. Dengan beralaskan tirai dan tata lampu di belakangnya serta boneka yang
digerak-gerakkan sehingga terlihat bayangan boneka seolah-olah hidup. Jika dalang
kemasukan roh nenek moyang, sang dalang akan menyuarakan suara nenek moyang
yang berisi nasihat-nasihat kepada anak cucu mereka. Setelah kehadiran hinduisme ke
nusantara maka kisah nenek moyang digantikan kisah Ramayana dan Mahabharata.
Bonekanya lalu diganti dengan bentuk tokoh dalam cerita Mahabharata. Fungsinya
pun beralih sebagai pertunjukan dan penontonnya melihat dari depan tirai.
Pada zaman Kediri, muncul kitab Gatotkacasraya yang mulai menampilkan dewa
asli Jawa, yakni Punakawan yang berperan agresif dan bergerak maju dalam membimbing dan
mengawal para Pandawa dari ancaman musuhnya, yakni Kurawa (kitab Gatotkacasraya
memuat unsur javanisasi).
Sumber: Seri Indonesia Indah "Teater Boneka"
Gambar 2.7 Wayang kulit
Pada waktu senggang, nenek moyang yang sudah menetap dan hidup bercocok
tanam menyalurkan bakat seninya serta pemujaan setelah panen dengan pertunjukan
wayang. Pertunjukan itu untuk memuja Dewi Sri yang sudah memberi berkah
pertanian. Selain itu, pertunjukan wayang adalah tontonan yang di dalamnya
terdapat nasihat yang berharga.
f. Seni gamelan
Seni gamelan ada kaitannya dengan seni wayang. Seni gamelan ini digunakan untuk
mengiringi pertunjukkan wayang. Pada waktu musim bercocok tanam sudah usai
masyarakat kuno itu membuat perangkat musik gamelan, mengembangkan seni membatik,
dan mengadakan pertunjukan wayang semalam suntuk untuk dapat dilihat oleh
masyarakat di sekitarnya.
g. Seni membatik
Seni membatik adalah kerajinan membuat gambar pada kain. Cara
menggambarnya mempergunakan perangkat canting yang diisi bahan cairan lilin (orang Jawa
menyebutnya malam) yang sudah dipanaskan, lalu dilukiskan pada kain sesuai motifnya.
Bagian kain
24

yang tidak terkena malam/cairan lilin akan menjadi
berwarna merah setelah dimasukkan dalam air
soga. Membatik dilakukan untuk mengisi waktu
luang bercocok tanam setelah panen, sekaligus
adalah kegiatan religius, sebab ada kegiatan
membatik tertentu yang dimaksudkan untuk
menghormati nenek moyang mereka.
h. Pengaturan masyarakat
Nenek moyang kita hidup berkelompok.
Mereka bersepakat untuk hidup secara bersama,
hidup gotong royong, dan demokratis. Mereka
memilih seorang pemimpin yang dianggap dapat
melindungi masyarakat dari berbagai
gangguan termasuk gangguan roh sehingga
seorang pemimpin dianggap memiliki
kesaktian lebih. Cara pemilihan pemimpin
yang demikian disebut primus inter pares,
yaitu yang terutama di antara yang banyak.
Jadi, seorang pemimpin adalah yang terbaik
bagi mereka bersama.
Sumber: Seri Indonesia Indah "Batik"
Gambar 2.8 Seni membatik
i. Sistem ekonomi dengan mengenal
Sumber: Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia
perdagangan
Gambar 2.9 Desa di Sumba yang adalah warisan
masa megalitikum
Kebutuhan hidup manusia selalu
menuntut untuk dipenuhi. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, masyarakat kuno
saling bertukar barang (barter) dari satu wilayah ke wilayah lain. Jadi, dalam hal
perdagangan, nenek moyang kita sudah melakukan kegiatan barter dikarenakan
mereka belum mengenal uang, nilainya berdasar kesepakatan bersama.
j. Sistem kepercayaan
Manusia yang terdiri dari jasmani dan
rohani memunculkan suatu kepercayaan
bersifat rohani yang lalu dipersonifi-
kasikan dalam bentuk riil. Sistem kepercayaan
masyarakat Indonesia mulai tumbuh pada
masa hidup berburu dan mengumpulkan
makanan, ini dibuktikan dengan penemuan
lukisan dinding gua di Sulawesi Selatan
berbentuk cap tangan merah dengan jari-jari
Sumber: Lukisan Sejarah
Gambar 2.10 Upacara penguburan
yang direntangkan. Lukisan itu diartikan
sebagai sumber kekuatan atau simbol perlindungan untuk mencegah roh jahat. Manusia
di zaman hidup bercocok tanam sudah percaya adanya dewa alam yang menciptakan
banjir, gunung meletus, gempa bumi, dan sebagainya.
Tradisi Sejarah Masyarakat Indonesia Masa Praaksara dan ....
25
Pada zaman perundagian, masyarakat sudah percaya kepada roh nenek moyang.
Mereka percaya jiwa dan roh berdiam di batu besar, pohon besar, dan sebagainya.
Kepercayaan ini pada akhirnya diwariskan kepada kita hingga masa sekarang.
Herbert Spencer dan August Comte menerapkan teori evolusi untuk mengkaji
masyarakat manusia dalam kaitannya dengan religi. Menurut keduanya, semua bangsa
di dunia memiliki suatu bentuk religi. Bentuk religi muncul sebab manusia sadar dan
takut akan maut. Bentuk religi tertua adalah penyembahan kepada roh yang merupakan
personifikasi dari jiwa orang yang sudah meninggal, terutama dari nenek moyangnya
yang lalu berevolusi pada pemujaan kepada dewa. Hal ini sesuai dengan
pandangan Edward B. Taylor. Dia mengatakan bahwa tingkat tertua dari evolusi religi
adalah pemujaan kepada jiwa orang yang sudah meninggal yang disebut makhluk halus
(spirit), yakni jiwa yang sudah merdeka, terlepas dari tubuh jasmani untuk selamanya.
Keyakinan ini disebut animisme.
Jadi, dapat kita ketahui bahwa tradisi masyarakat Indonesia sebelum mengenal tulisan
adalah sebagai berikut.
a. Organisasi kemasyarakatannya sudah ada, yaitu adanya masyarakat teratur, demokratis,
dan memilih pemimpinnya dengan primus inter pares dalam bentuk kesukuan.
b. Kemasyarakatan atau pranata sosialnya adalah masyarakat yang hidup berkelompok
sebagai makhluk sosial, dan bergotong royong.
c. Memiliki pengetahuan alam, yakni memanfaatkan alam di sekitarnya sebagai wujud
peduli dan memelihara alam lingkungannya.
d. Sudah mengenal sistem persawahan.
e. Kemampuan berlayar dan berdagang dengan memanfaatkan angin musim, bahkan
mereka sudah berani mengarungi laut luas.
f. Sudah mempunyai teknologi perundagian, yakni pengecoran logam dengan sistem bivalve
dan a cire perdue.
g. Sistem kepercayaan pada mulanya menyembah roh nenek moyang lalu menyembah
dewa.
h. Sudah mempunyai sistem ekonomi barter.
Diskusi
Bandingkan ciri-ciri kehidupan nenek moyang pada masa berburu, bercocok tanam, dan
berundagi. Diskusikan dengan kelompok Anda dan laporkan hasilnya kepada guru!
3. Cara masyarakat yang belum mengenal tulisan mewariskan masa lalunya
Kita menyadari bahwa masyarakat Indonesia saat ini adalah kelanjutan dari
masyarakat terdahulu yang turun temurun menjadi nenek moyang kita dan sudah mewariskan
budayanya kepada masyarakat sekarang. Mereka di masa lampau hidup secara berkelompok,
gotong royong, dan adanya pola kepemimpinan yang demokratis dan rasional, yakni
primus inter pares. Pola kehidupan masyarakat saat itu dapat berkembang hingga masa
kini. Cara mereka dalam mewariskan apa yang mereka miliki dilakukan melalui keluarga
dan masyarakat.
26

a. Melalui keluarga
Keluarga adalah lingkup sosial
terkecil, tetapi paling kental dalam hidup
kebersamaan. Nilai-nilai dan tatanan
kehidupan dibina serta dihidupkan terus
menerus melalui keluarga, mulai cara
membuat perangkat kebudayaan, bahasa, bahkan
unsur upacara-upacara yang kemudian
dilestarikan secara turun temurun.
Sumber: Indonesia Indah Seri Bangsa Indonesia
Gambar 2.11 Upacara adat yang dilaksanakan keluarga,
adalah salah satu cara mewariskan budaya
b. Melalui masyarakat
Masyarakat adalah suatu kumpulan manusia yang tinggal di suatu tempat dalam
jangka waktu yang lama dan menghasilkan kebudayaan. Jadi, masyarakat dapat
dibedakan berdasar budaya yang ada dan berkembang di dalamnya.
Masyarakat prasejarah mewariskan masa lalunya melalui benda-benda kebudayaan,
baik yang terbuat dari batu, tulang, atau logam. Selain itu, mereka juga meninggalkan
jejak-jejak berupa lukisan di dinding gua, sampah dapur, dan gua tempat tinggal.
Selain peninggalan yang berwujud benda (bersifat konkret), masyarakat praaksara
juga meninggalkan budaya tidak berwujud benda (bersifat abstrak). Bentuk-bentuk
peninggalannya dapat berupa sistem religi (kepercayaan) dan adat istiadat (bahasa,
seni, upacara-upacara adat, dan sebagainya). Kebudayaan itu ada yang punah, namun
ada juga yang tetap dipelihara oleh masyararat. Misalnya, pemberian sesaji pada
tempat-tempat yang dianggap keramat, pertunjukan hiburan rakyat, tata cara perkawinan,
kematian, dan kalkulasi hari baik.
Berikut metode-metode pewarisan masa lalu yang dilakukan masyarakat praaksara melalui
keluarga dan masyarakat
a. Folklore
Folklore adalah adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara
turun temurun, tetapi belum dibukukan. Ada juga yang mengartikan folklore adalah
sebuah cerita yang tokohnya adalah binatang, makhluk hidup di luar manusia, atau
personifikasi abstrak yang mengambil perwatakan kemanusiaan dan berbicara serta
bertingkah seperti manusia. Folklore dibedakan atas folklore lisan dan folklore nonlisan.
Folklore lisan adalah folklore yang disebarluaskan dan diwariskan dalam bentuk lisan,
seperti bahasa, teka-teki, dan puisi rakyat. Folklore nonlisan adalah folklore dalam
bentuk benda-benda kuno hasil kebudayaan, misalnya, arsitektur rakyat, kerajinan
tangan, pakaian, perhiasan tradisional, dan obat tradisional.
b. Mitologi
Mitologi adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan bertalian
dengan terjadinya tempat, alam semesta, para dewa, adat istiadat, dan konsep dongeng
suci. Jadi, mitologi adalah cerita mengenai asal-usul alam semesta, manusia, atau
bangsa yang diungkapkan dengan cara-cara gaib dan mengandung art i yang
dalam.
Tradisi Sejarah Masyarakat Indonesia Masa Praaksara dan ....
27
Setiap suku bangsa di wilayah Nusantara
memiliki mitologi, yang ceritanya dikaitkan
dengan kehidupan masyarakat di suatu daerah,
misalnya, cerita terjadinya mado-mado atau
marga di Nias (Sumatra Utara), cerita barong
di Bali, cerita pemindahan Gunung Suci
Mahameru di India oleh para dewa ke Gunung
Semeru yang dianggap suci oleh orang Jawa
dan Bali. Cerita mitologi yang paling luas
Sumber: Ensiklopedi Suku Bangsa
Gambar 2.12 Barong lengkap dengan sesajinya
persebarannya nyaris di seluruh Asia
Tenggara adalah mitologi Dewi Padi atau Dewi Sri.
c. Legenda
Legenda adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi yang ceritanya
dihubungkan dengan tokoh sejarah, sudah dibumbui dengan keajaiban, kesaktian, dan
keistimewaan tokohnya.
Legenda ada empat kelompok sebagai berikut.
1) Legenda keagamaan
Di dalam legenda keagamaan banyak kita jumpai kisah-kisah para wali
penyebar Islam, misalnya, Sunan Kalijaga dan Syekh Siti Jenar di Jawa, sedangkan
di Bali dapat kita temui legenda mengenai kisah Ratu Calon Arang.
2) Legenda kegaiban
Legenda ini berkisah mengenai kepercayaan rakyat pada alam gaib, misalnya
kerajaan gaib orang Bunian di rimba raya Sumatra, kerajaan gaib Pajajaran di Jawa
Barat, kerajaan gaib Laut Kidul di Jawa Tengah dan Yogyakarta, dan Si Manis
Jembatan Ancol dari Jakarta.
3) Legenda perseorangan
Legenda perseorangan menceritakan tokoh tertentu yang dianggap pernah ada
dan terjadi, misalnya Sabai nan Aluih dan Si Pahit Lidah dari Sumatra, Si Pitung
dan Nyai Dasima dari Jakarta, Lutung Kasarung dari Jawa Barat, Rara Mendut dan
Jaka Tingkir dari Jawa Tengah, Suramenggolo dari Jawa Timur, serta Jayaprana
dan Layonsari dari Bali.
4) Legenda lokal
Legenda lokal adalah legenda yang berhubungan dengan nama tempat terjadinya
gunung, bukit, danau, dan sebagainya. Misalnya, legenda terjadinya Danau Toba di
Sumatra, Sangkuriang (legenda Gunung Tangkuban Parahu) di Jawa Barat, Rara
Jonggrang di Yogyakarta dan Jawa Tengah, Ajisaka di Jawa Tengah, dan Desa
Trunyan di Bali.
28

Sumber: Seri Indonesia Indah
Gambar 2.13 Gunung Tangkuban Perahu, legenda Sangkuriang dari Jawa Barat
d. Dongeng
Dongeng adalah cerita rakyat yang tidak benar-benar terjadi, diceritakan karena
berisi petuah, kebaikan mengalahkan kejahatan, ajaran moral, dan petuah bijak
lainnya. Ada dongeng hewan (fabel) di Bali yang terkenal dengan nama tokoh Tantri
dan di Jawa ada tokoh Si Kancil. Dongeng manusia contohnya Jaka Tarub yang mencuri
pakaian bidadari berasal dari Jawa Timur, dongeng Pasir Kumang dari Jawa Barat,
dongeng Raja Pala dari Bali, dongeng Meraksamana dari Papua, dongeng Ande-Ande
Lumut dan Brambang Bawang dari Jawa Tengah, dan dongeng Bawang Merah dan
Bawang Putih dari Jakarta. Dongeng lucu, contohnya, Si Kabayan dari Jawa Barat,
Gasin Meuseukin dari Aceh, dan Singa Rewa dari Kalimantan Tengah.
e. Upacara
Upacara adalah serangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan
tertentu berdasar adat istiadat, agama, dan kepercayaan. Jenis upacara dalam
kehidupan masyarakat, antara lain, upacara penguburan, upacara perkawinan, dan
upacara pengukuhan kepala suku.
1) Upacara penguburan
Upacara penguburan adalah upacara yang dikenal pertama kali dalam
kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan. Upacara penguburan menimbulkan
kepercayaan bahwa roh orang meninggal akan pergi ke satu tempat tidak jauh dari
lingkungan di mana dia pernah tinggal semasa hidupnya. Sewaktu-waktu roh itu
dapat dipanggil untuk membantu masyarakat jika ada bahaya atau kesulitan.
2) Upacara perkawinan
Upacara perkawinan dilaksanakan di tengah masyarakat sejak dahulu sampai
sekarang. Perkawinan sekaligus mempertemukan dan mengawali hubungan dua
keluarga yang saling bersahabat. Tiap-tiap daerah memiliki adat berbeda-beda,
seperti di daerah Minangkabau menganut garis keturunan matrilineal (garis ibu),
sedangkan suku Batak, Bali, Jawa menganut garis patrilineal (garis keturunan laki-
laki).
Tradisi Sejarah Masyarakat Indonesia Masa Praaksara dan ....
29
3) Upacara pengukuhan kepala suku
Kedudukan kepala suku di masa lalu adalah besar sebab dia harus memiliki
kesaktian, keahlian, pengalaman, dan pengaruh yang kuat sebab kepala suku
adalah pelindung kelompok sukunya dari bermacam-macam ancaman. Kepala suku bahkan
dianggap ahli dalam upacara pemujaan, upacara penempatan rumah, upacara
pembukaan ladang, dan upacara adat lainnya.
f. Lagu-lagu daerah
Lagu-lagu daerah atau lagu rakyat adalah syair-syair yang ditembangkan dengan
irama menarik dalam bentuk lisan. Lagu rakyat dikenal dengan sebutan folksong. Lagu
rakyat untuk anak-anak, misalnya, di Jawa Tengah dan Jawa Timur adalah Cublak-
Cublak Suweng, Ilir-Ilir, dan Jamuran; di Jawa Barat adalah Cing Cangkeling; di
Kalimantan Barat adalah lagu Cik-Cik Periok; di Bali dikenal lagu Meyong-Meyong.
Lagu-lagu rakyat umum, misalnya, lagu Butet dari Batak yang dilantunkan dengan
nada sedih, lagu Tenang Tanage dari Manggarai, Flores, dengan nuansa perenungan,
dan lagu Kampuang nan Jauh di Mato dari daerah Sumatra Barat. Ada pula nyanyian
religius yang dipadukan dengan tarian di daerah Aceh, yaitu Saman dan Seudati, dan
di Nias ada lagu Hoho.

Sumber : Cakrawala Sejarah SMA/MA Kelas X

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.